Minggu, 04 Desember 2011

PENGARUH FOTOPERIODISME TERHADAP UMUR BERBUNGA TANAMAN PISANG (Musa paradisiaca L.)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pisang telah ada sejak manusia ada. Memang, saat itu pisang masih merupakan tanaman liar karena awal kebudayaan manusia adalah sebagai pengumpul . Mereka hanya mengumpulkan makanan dari tumbuhan yang ada di sekitar mereka tanpa menanamnya. Pada masyarakat Asia Tenggara, diduga pisang telah lama dimanfaatkan. Masyarakat di daerah itu, saat berkebudayaan pengumpul (Food Gathering), telah menggunakan tunas dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-bagian laindari tanaman pisang pun telah dimanfaatkan seperti saat ini. Pada saat kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang termasuk tanaman pertama yang dipelihara (Satuhu dan Supriyadi, 1999).

Pisang berasal dari Asia Tenggara, tetapi kini telah menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Buah pisang sangat populer dan digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang meja yangdikonsumsi segar sebagai buah meja ini berasal dari hasil persilangan alamiah antara Musa acuminata x Musa balbisiana yang kini turunannya dikenal lebih dari ratusan jenis pisang, yakni pisang meja, pisang rebus (olahan), dan pisang hias. Pisang meja yang terkenal antara lain ambon kuning, ambon hijau (ambon lumut) serta pisang mas (Sunarjono, 1997).

Kultivar pisang yang paling banyak dikebunkan di berbagai negara adalah cavendish, karena pisang ini mempunyai nilai komersial yang tinggi. Berdasarkan ukuran tanaman, cavendish dibedakan menjadi tiga kelompok besar, yakni cavendish yang berbatang tinggi (tall/grant), caevndish yang berbatang sedang (medium), dan cavendish yang berbatang pendek (small/dwarf) (Trubus, 2004).

Pisang dapat dikebunkan di dataran rendah hanya bersuhu 21-32oC dan beriklim lembap. Walaupun demikian, pisang masih dapat berkembang baik sampai pada ketinggian tempat 300 m dpl. Di dataran tinggi, umur berbuah pisang menjadi lebih panjang dan kulit buahnya pun cenderung lebih tebal (Simao and Scaterna, 1999).

Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan draft ini adalah untuk mengetahui hubungan fotoperiodism terhadap umur berbunga tanaman pisang (Musa paradisiaca L.)

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan draft ini adalah sebagai salah satu syarat agar dapat membuat paper di Laboratorium Agroklimatologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara dan sebagai salah satu data untuk pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Pohon pisang berakar rimpang dan tidak mempunyai akar tunggang. Akar ini perpangkal pada umbi batang. Akar terbanyak berada di bagian bawah tanah. Akar ini tumbuh menuju bawah sampai kedalaman 75-150 cm, sedangkan akar yang berada di bagian samping umbi batang tumbuh ke samping atau mendatar. Dalam perkembangannyaakar samping bisa mencapai 4-5 meter (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Morfologi tanaman dapat tampak jelas melalui batangnya tang berlapis-lapis. Lapisan pada batana ini sebenarnya merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan banyak air (sekulenta) sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Terkadang pada satu tanaman terdapat dua batang semua atau sering disebut berbatang ganda. Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu yang sering disebut bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat mata calon tumbuh tunas anakan. Sementara pada bagian bawah bonggol terdapat perakaran serabut yang lunak (Sunarjono, 2002).

Daun tumbuh langsung dari rimpang, berupa daun tunggal yang lengkap dan dengan kedudukan yang tersebar. Upih daun saling membalut rapat sekali dan membentuk suatu batang semu yang tegap. Tangkai daunnya panjang, yaitu berukuran antara 33-36 cm. Ukuran panjang tangkai daun cukup besar, yaitu panjang antara 112-250 cm dan lebar antara 42-68 cm. Daun berbentuk lanset dan bagian pinggirnya mudah terkoyak. Bentuk pangkal daun cukup beragam, ada yang bundar dan ada yang berbentuk jantung. Tulang daun berwarna hijau dan kadang-kadang keungu-unguan. Permukaan daun tidak berlilin, memperlihatkan garis membujur berwarna merah sawo pada salah satu tengah helaiannya (Hilman dan Nurita, 2001).

Bunganya berkelamin satu, berumah satu di dalam tandan. Daun penumpu bunga berjejal rapat dan tersusun secara spiral. Daun pelindung berwarna amerah tua, berlilin dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Bungan tersusun dalam 2 baris melintang. Bunga betina berada di bawah bunga jantan (jika ada). Lima daun tenda bunga melekat sampai tinggi panjangnya 6-7 cm. Benang sari 5 buah pada bunga betina tidak sempurna, bakal buah persegi, sedangkan pada bunga jantan tidak ada (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Buah sesudah bunga keluar akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi membentuk sisir ke dua, ke tiga, dan seterusnya. Jantungnya perlu dipotong karena tidak dapat menghasilkan sisir lagi (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Biji atau benih terlibat oleh endocarp berbatu, bak yang merupakan diaspore berukuran 1,0 cm dan 0,5 cm lebar, menyebabkan bentuk ellips dan sisi keriput. Sisi ventral diaspore itu polos sedangkan dorsal cembung operkulum sebuah serlokasi pada sisi dan bagian bujal diaspore (Simao dan Scatena, 1999).


Syarat Tumbuh

Iklim

Tanaman ini dapat tumbuh di sembarang tempat. Namun, agar produktifitas tanaman optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah. Ketinggian tempat haruslah di bawah 1000 m dpl. Di atas itu, prosduksi pisang kurang optimum dan waktu berbuah menjadi lebih lama serta kulitnya lebih tebal. Iklim yang dikehendakinya adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun. Karenanya, pisang memberikan hasil yang baik pada musim hujan dan hasil yang kurang baik pada musim kemarau (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Perkembangan pisang hasil terbaik pada daerah tropis dimana suhu rata-rata 270 C-290 C, tidak turun menjadi dibawah 150 C atau naik diatas 350 C. Es merusak daun pisang karena suhu 130 C-100 C dapat merusak kualitas buah. Pisang membutuhkan kelembaban tanah konstan jika curah hujan memadai, irigasi lebih baik menggunakan sprinkel dengan rozel yang tinggi sangat penting untuk produksi yang baik (Hartmann, et all, 1981).

Iklim tropis basah, lembab atau panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun, demikian pisang masih dapat tumbuh karena air disuplai dari batang yang berair tetapi produksinya tidak dapat diharapkan. Angin seperti angin kumbang dapat merusak daun dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak tergenang. Curah hujan optimal adalah 1520-3500 mm/tahun dengan 2 bulan kering (BAPPENAS, 2000).


Tanah

Jenis tanah yang disukai tanaman pisang adalah tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5-7,5. Karenanya tanaman pisang yang tumbuh di tanah yang berkapur sangat baik, seperti di pulau Madura, banyak memiliki bukit-bukit kapur. Daerah beriklim kering antara 4-5 bulan pun pisang masih dapat tumbuh subur asalkan air tanah yang sesuai untuk pisang yang ditanam di iklim biasa adalah 50-200 cm dibawah permukaan tanah (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Tanaman pisang memberikan hasil yang baik pada musim penghujan. Tanaman pisang tumbuh optimal pada tanah bertekstur liat atau tanah alluvial, mengandung kapur, kaya akan bahan organik dengan pH tanah antara 4,5-7,5 (Natalina, 2009).

Pertumbuhan optimal pisang dicapai di daerah hujan dengan curah lebih dari 2000 mm yang merata sepanjang tahun. Di daerah yang mempunyai musim kering lebih dari 4-5 bulan, pisang masih bisa tumbuh baik asalkan air tanahnya maksimal 150 cm di bawah permukaan tanah. Pisang juga dapat tumbuh bagus di lahan berpasir atau berbatu kerikil, asalkan subur. Pisang dapat dikebunkan di dataran rendah hangat bersuhu 21-320C. Walaupun demikian, pisang masih dapat berkembang biak sampai pada ketinggian tempat 1.300 m dpl. Di dataran tinggi, umur berbuah pisang menjadi lebih panjang dan kulit buahnya pun cenderung lebih tebal (Trubus, 2004).

Pada tanah tandus atau marginal (karena banyak erosi, bercada atau berpasir kwarsa), sangat diperlukan pemberian bahan organik (pupuk kandang atau kompos) yang tinggi (40-60 kg/tanaman). Kemiringan tanah pun perlu diperhatikan. Daerah dengan lahan agak miring (kemiringan kurang dari 10 %) sangat baik sebagai kebun pisang. Ini disebabkan penutasan (drainase) air lebih mudah dibanding lahan datar (Sunarjono, 2002).

Fotoperiodisme

Penyinaran atau insolasi adalah penerimaan energi matahari oleh pemukaan bumi; bentuknya adalah sinar-sinar bergelombang pendek yang menerobos atmosfer. Sebelum mencapai permukaan bumi sebagian hilang karena absorbsi. Ini terutama terjadi di kedua daerah kutub bumi dan dataran-dataran salju serta perairan (Daldjoeni, 1986).

Sinar surya yang mencapai permukaan bumi terdiri dari satu bagian yang datang langsung dari matahari dan bagian lain yang datang dari segala penjuru angkasa. Sinaran dari angkasa disebabkan oleh penghamburan sinaran surya oleh molekul udara dan zarah lain-lainnya (Edinger dan Neiburger, 1995).

Matahari adalah sumber energi pada peristiwa yang terjadi dalam atmosfer yang dianggap penting bagi sumber kehidupan. Energi matahari merupakan penyebab utama dari perubahan dan pergerakan dalam atmosfer sehingga dapat dianggap sebagai pengendali iklim dan cuaca yang besar. Matahari mmerupakan suatu benda yang mempunyai suhu permukaann ± 60000 K, sedangkan suhu permukaan bumi ± 3000 K (Kartasapoetra, 2008).

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi yaitu jarak dari matahari, setiap perubahan jarak dari matahari menimbulkan variasi terhadap penerimaan energi surya. Akibatnya dari orbit bumi melingkari matahari yang eksentrik penerimaan energi radiasi matahari maksimum sebesar 1.40 kw (Guslim, 2008).

Tingkatan pancaran energi sinar dan permukaan matahari dihitung dari hasil pengeluaran terapan matahari. Rataan jarak dari matahari ke bumi adalah 149,6. Jejeran permukaan bumi adalah 6,95.105 Km. Dalam hal ini tetapan nilai 1370 W/m2 (Borner dkk, 1995).

Umur Berbunga

Siklus hidup pisang mencakup fase immature (tanpa daun bendera) pada umur 9-12 bulan, fase daun bendera antara umur 14-21 bulan, fase pembungaan (karangan bunga muncul) antara umur 17-24 bulan dan fase overmature (bulan masak) antara umur 20-27 bulan (Hilman dan Nurita, 2001).

Bunga berkelamin satu, berumah satu dalam tandan. Daun pelindung berwarna merah tua, berlilin dan mudah rontok dengan panjang 10-25 cm. Sesudah bunga keluar, akan terbentuk sisir pertama, kemudian memanjang lagi dan terbentuk sisir kedua, ketiga dan seteruusnya (Satuhu dan Ahmad, 1999).

Bunga pisang berupa tongkol yang disebut jantung. Bunga ini muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya. Seringkali selama perjalanan memanjang ke atas, primordia bunga ini terhambat di tengah-tengah batang sehingga tumbuh abnormal seperti membelah menjadi dua atau lebih (Daldjoeni, 1986).

Pisang sudah mulai berproduksi dan bisa dipungut hasilnya pada umur 12-15 bulan setelah tanam atau 4-6 bulan setelah tanaman berbunga, tergantung pada varietasnya. Beberapa jenis pisang ada yang berumur pendek, namun ada pula yang memiliki umur panen lebih panjang (Cahyono, 2009).

Bunga pisang disebut juga jantung pisang karena bentuknya menyerupai jantung. Bunga pisang tergolong berkelamin satu, yakni berumah satu dalam satu tandan. Daun penumpu bunga biasanya berjejal rapat dan tersusun secara spiral (Satuhu dan Ahmad, 1990).

PENGARUH FOTOPERIODISM TERHADAP UMUR BERBUNGA TUMBUHAN PISANG (Musa paradisiaca L.)

Pisang merupakan tumbuhan hari panjang. Berbunga tidak bergantung pada panjang hari. Dalam fotoperiodism yang penting bukanlah intensitas cahaya melainkan lama ada cahaya. Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang (>14 jam) dalam setiap periode sehari semalam (Hartono, 2007).

Penyinaran atau insolasi adalah penerimaan energi matahari oleh pemukaan bumi; bentuknya adalah sinar-sinar bergelombang pendek yang menerobos atmosfer. Sebelum mencapai permukaan bumi sebagian hilang karena absorbsi. Adapun yang berhasil sampai ke bumi kemudian dilepaskan pula melalui refleksi. Ini terutama terjadi di kedua daerah kutub bumi dan dataran-dataran salju serta perairan (Daldjoeni, 1986).

Cahaya matahari memiliki intensitas yang tinggi, sedang, maupun rendah, semakin tinggi intensitas matahari akan dapat merusak jaringan dan meningkatkan transpirasi pada tumbuhan. Semakin tinggi intensitas matahari akan membuat pembakaran pada bagian tumbuhan terluarnya yaitu pada daun tanaman pisang (Hartono, 2007).

Sinar surya yang mencapai permukaan bumi terdiri dari satu bagian yang datang langsung dari matahari dan bagian lain yang datang dari segala penjuru angkasa. Sinaran dari angkasa disebabkan oleh penghamburan sinaran surya oleh molekul udara dan zarah lain-lainnya ( Edinger dan Neiburger, 1995).

Iklim tropis basah, lembab atau panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun demikian, pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air, pisang masih dapat tumbuh karena air disuplai dari batang yang berair tetapi tidak dapat diharapkan (BAPPENAS, 2000).

Sudut datang sinar yaitu intensitas radiasi matahari yang merupakan fungsi dari sinar matahari mempunyai bagian langsung dari permukaan bumi yang disebabkan oleh energi permukaan bumi yang luas. Panjang matahri dibandingkan dengan panjang malam mengalami perbedaan hari yang kecil (Guslim, 2008).

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Tanaman pisang membutuhkan sinaran matahari yang cukup, apabila berlebih akan merusak pertumbuhan dan kekurangan akan menghambat proses pertumbuhan buah dan kulit akan lebih tebal.

2. Umur berbunga tanaman pisang antara 1,5-2 tahun dengan melewati beberapa langkah.

3. Radiasi surya tinggi, sedang maupun rendah dapat merusak jaringan dan mempengaruhi pertumbuhan bunga.

4. Perkembangan primordia yang menembus inti batang semu terkadang terhambat di tengah sehingga tumbuh abnormal.

5. Radiasi surya merupakan sinar-sinar gelombang pendek yang menerobos atmosfer dan sampai ke permukaan bumi yang dibutuhkan tanaman uuntuk pertumbuhan dalam kondisi optimum.

DAFTAR PUSTAKA

BAPPENAS. 2000. PISANG (Musa sp.) diakses dari http://www.ristek.go.id. Pisang_Budidaya_Tanaman_Pisang [08 November 2011].

Cahyono, B. 2009. Pisang. Kanisius : Yogyakarta.

Daldjoeni, N. 1986. Pokok-Pokok Klimatologi. Alumni : Bandung.

Ediger, J. G. Dan Neiburger, M. 1995. Memahami Lingkungan Atmosfer Kita. ITB : Bandung.

Hartman, H.T., Flocker, W.T., dan Kofranek, A.M. 1981. Plant Sinces Growth, Development and Utilitation of Cultivated Plants.

Hartono, S.W. 2007. Radiasi Surya. http://www.reposiroty.ipb.ac.id [31 Oktober 2011].

Hilman, I dan Nurita T. M. 2001.Budidaya dan Prospek Pengembangan Abaka. Penebar Swadaya : Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 2008. Klimatologi. Bumi Aksara : Jakarta.

Natalina, F. 2009. Analisis Komparasi Usaha Tani Pisang Barangan Antar Sistem Konfensional dengan Sistem Double Raw. http://www.repository.usu.ac.id/skripsi [14 november 2011].

Satuhu, S dan Ahmad Supriyadi. 1999. Pisang: Budidaya, Pengolahan, dan Prospek Dasar. Penebar Swadaya: Jakarta.

Simao, D.G and Scatena,V.L. 1999. Morphological Aspect Of The Propaganation in Helioconia Veloziara. www.scielo.br/pdf/babt/v46n1/a11v46n1.pdf [7 November 2011].

Sunarjono. 2002. Budidaya Pisang dengan Bibit Kultur Jaringan. Penebar Swadaya : Jakarta.

Trubus, R. 2004. Berkebun Pisang Secara Intensif. Penebar Swadaya: Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Enterprise Project Management